Kedelai ditampi
untuk dipilih biji yang besar. Kedelai dicuci,
lalu direndam dalam air
besar selama enam jam. Kedelai dicuci
lagi selama setengah jam. Kedelai dibagi-bagi
dan diletakkan di
dalam ebleg (wadah) yang
terbuat dari bambu
atau plastik. Kedelai
digiling sampai halus, dan butir kedelai
mengalir ke dalam tong penampung.
Butir kedelai langsung direbus selama 15-20 menit di dalam wajan berukuran
besar. Jarak waktu antara selesai penggilingan
dan pemasakan tidak lebih
dari 5-10 menit untuk
menjaga kualitas tahu yang
dihasilkan.
Bubur kedelai
lalu dipindahkan dari
wajan ke bak
atau tong untuk disaring dengan
kain belacu atau kain mori kasar yang telah diletakkan pada sangkar bambu. Agar semua sari dalam bubur
kedelai tersaring semua,
pada kain itu diletakkan sebuah
papan kayu dan seseorang naik di atasnya dan menggoyang-goyangnya. Limbah penyaringan, yang disebut ampas tahu, diperas
lagi dengan menyiram air panas, sampai tidak mengandung
sari lagi. Penyaringan dilakukan berkali-kali hingga bubur kedelai habis.
Air saringan
yang tertampung dalam tong warna
kuning atau putih dicampur dengan
asam cuka agar menggumpal.
Selain asam cuka, dapat juga
ditambahkan air kelapa, atau cairan whey(air sari tahu bila tahu telah
menggumpal) yang telah dieramkan, atau bubuk batu tahu (sulfat kapur). Air asam
dipisahkan dari gumpalan atau
jonjot putih (gumpalan putih
hasil endapan) dan disimpan,
sebab masih dapat digunakan lagi. Gumpalan
atau tahu yang mulai
mengendap dituangkan dalam kotak
berukuran misalnya 50 x 60 cm2 dan dialasi kain
belacu. Adonan tahu
kotak dikempa selama satu
menit, sehingga air yang masih
tercampur dalam adonan tahu
itu terperas habis. Adonan
tahu berbentuk kotak yang sudah
padat dipotongpotong, misalnya dengan
ukuran 6 x 4 cm 2. Tahu pun siap diolah.
Disadur dari buku “Resep
Vegetarian Sehari-hari”
0 comments:
Post a Comment