Pages

Wednesday 29 October 2014

Mie 2



Bahan:
tepung terigu BOGASARI , KERETA KENCANA atau CAKRA KEMBAR 500 gram
garam 5 gram
air 150 ml
sodium karbonat 3 gram
CMC 1 sendok teh
tepung maizena 1 sendok makan

Cara Membuat:
1) Blender air dan CMC hingga rata.
2)  Tuang  larutan  CMC  ke dalam  campuran  tepung  terigu, garam dan sodium karbonat, aduk hingga rata.
3)  Aduk  (uleni)  sambil  ditambahkan  bayam,  sawi,  atau wortel  yg  di mixer lembut  untuk  mempercantik  adonan,  aduk hingga adonan tercampur rata.
4)  Giling  mi  dengan  ukuran  1 hingga halus, pindah ke ukuran 2 hingga halus dan seterusnya hingga ukuran 5.
5)  Masukkan  ke  dalam  pemotong, pilih yang ukurannya lebar. Taburi  dengan  tepung  maizena
agar  mi  tidak  melekat  satu  sama lain.
6) Rebus mi hingga lunak, angkat  lalu  perciki  dengan  minyak goreng, aduk lalu dinginkan.
7) Mi siap diolah.
Standar untuk 500 Gram


Disadur dari buku “Resep Vegetarian Sehari-hari”

Monday 27 October 2014

Mie 1



Bahan:
250 gram tepung terigu protein tinggi
 1 sdt air ki
 1/4 sdt garam
 1/4 sdt CMC (pengikat dari pati2an) / STTP
 100 ml air
 6 tetes pewarna kuning muda

Cara Membuat:
     Dalam wadah plastik, aduk tepung, air ki, garam dan CMC. Tambahkan  air  yang  telah  ditambah  pewarna,  aduk  rata  lalu gumpalkan. Giling dengan gilingan mie dari ukuran  terbesar  sampai  ukuran no. 2 tiap ukuran gilingan, digiling 2-3 kali sampai licin/kalis sampai ukuran yg diinginkan, biasa untuk memasak sampai ukuran 4 - 5 sesuai selera. Potong-potong  menggunakan gilingan mie. Tabur  dengan  tepung  tapioka biar tidak lengket. Rebus dalam air mendidih dengan sedikit minyak (satu sendok makan) selama 2 - 3 menit hingga matang,  lalu  angkat  kemudian lumuri minyak goreng, aduk rata dan mie siap untuk diolah.

* air ki = air abu/air bleng, warna bening seperti air, dijual di pasarpasar  tradisional  di  tukang  tahu, biasa  juga  dijual  di  toko  bahan kimia, fungsinya untuk pengenyal mie  dan  membantu  melenturkan mie hingga tidak mudah putus.
* CMC = semacam maizena
* STTP = pengempuk dan pengenyal mie

Disadur dari buku “Resep Vegetarian Sehari-hari”

Wednesday 22 October 2014

Vegetarian Berdasarkan Sastra Veda


     Masalah makan dan makanan telah banyak diatur dalam Bhagavad-gita dan Bhagavata purana. Personalitas Tertinggi Tuhan hanya mau menerima persembahan berupa buah, air, daun, dan bunga dengan tulus iklhas, bahkan makanan yang sudah di persembahkan kepadaNya, maka makanan tersebut akan disucikan. Tetapi bila makanan tidak dipersembahkan lebih dahulu maka dianggap sebagai pencuri atau makan dosa. Masih dalam Bhagavadgita, makanan dibagi menjadi 3 kategori; makanan yang satvik, makanan rajasik dan makanan yang tamasika. Jadi soal makanan dan makan telah diatur dan itu merupakan yajna. Kenapa tidak diperkenankan memakan daging? Hal ini jelas untuk mendapatkan daging kita mesti melakukan pembunuhan terhadap mahluk hidup lain, demikian juga dalam kitab suci agama lain, pembunuhan merupakan larangan keras. Karena semua mahluk hidup adalah saudara-saudara umat manusia juga. Sri Krishna dalam Bhagavad-gita menyatakan ” …….. Akulah ayah yang memberikan benih kepada semua mahluk hidup….” Karena karma dan pengaruh sifat alam (tri guna) yang berbeda maka ia menperoleh badan hewan, padahal sang roh yang ada di dalamnya adalah sama dengan sang roh dalam diri kita. Semua mahluk hidup berasal dari sumber yang sama, seperti dalam Bhagavad-gita 15.7


mamaivamso jiva-loke jiva-bhutah sanatanah

manah-sasthanindriyani prakrti sthani karsati


”Mahluk-mahluk di dunia yang terikat ini adalah bagian percikan yang kekal dariKu, mereka berjuang keras melawan 6 indria termasuk pikiran.”

     Orang hendaknya memperlakukan semua hewan binatang seperti kijang, kera, tikus, ular, burung-burung dan lalat dengan benar bagaikan putra sendiri. Betapa kecil sesungguhnya perbedaan antara anak-anak dengan binatang yang tidak berdosa ini. (Bhagavata Purana 7.14.9)

     Seseorang yang mengaku beragama hendaknya memahami filsafat dasar tersebut, oleh karena itu haruslah menghormati setiap kehidupan apapun, karena mahluk hidup juga mendapatkan kesempatan untuk melakukan perjalanan spiritualnya. Bila mahluk hidup mati dengan alamiah maka ia akan mendapatkan badan material yang lebih tinggi tingkat kesadarannya. Bila mati oleh karena dibunuh, disembelih maka ia akan kembali menjalani kehidupan seperti semula. Itulah ajaran dharma yang sejati.

     Dengan tidak melakukan pembunuhan terhadap hewan berarti kita sebenarnya telah melaksanakan atau menegakkan prinsip dharma. Di zaman Satya-yuga, ada 4 prinsip dharma masih tetap tegak dalam Bhagavata purana dinyatakan : ”tapah saucam daya satyam iti padah krte krtah…..” – ada empat tiang dharma yang menyangga tetap berdiri tegaknya dharma pada zaman Satya Yuga, zaman keemasan, tiang dimaksud adalah 1. Tapah (pertapaan), 2. Saucam (kebersihan, kesucian), 3. Daya (karunia, cinta kasih), 4. Satyam (kejujuran, kebenaran). Namun di zaman sekaran prinsip dharma itu telah dirongrong oleh 4 prinsip adharma, tiang penyangga dharma tersebut sudah roboh akibat dirongrong oleh tindakan adharma.

1. Dyutam (berjudi): kegiatan ini akan menghancurkan satya (kejujuran). Kegiatan main judi menghancurkan kejujuran di dalam hati orang. Dyuta artinya tipuan. Dalam permainan judi tidak ada kejujuran. Pemain judi selalu berusaha mencari kesempatan untuk saling menipu.


2. Panam (mabuk minuman keras): kegiatan ini menghancurkan sifat tapah (pertapaan, pengendalian diri). Jika orang mengebangkan kebiasaan mabuk-mabukan, pastilah tiang Dharma yang amat penting yaitu pertapaan atau pengendalian diri akan roboh.


3. Striyah (berzinah): kegiatan ini akan menghancurkan saucam (kesucian badan). Tidak akan ditemui kesucian di dalam hati orang yang melakukan hubungan kelamin tidak sah. Di samping itu, bukan cerita baru lagi bahwa penyakit kotor yang berkembang dewasa ini yang pengobatannya belum ditemukan bisa berjangkit terhadap yang bersangkutan.


4. Suna (membunuh binatang): kegiatan ini menghancurkan daya (cinta kasih, sifat welas asih). Resi Canaknya mengatakan bahwa sangat sulit menemukan cinta kasih di damal hati para pemakan daging. Tanpa karunia dan cinta kasih orang sulit mengembangkan hubungan, bukan hanya di masyarakat tetapi juga sulit mengembangkan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa.

     Ajaran Veda sangat menekankan pentingnya pengaturan jenis makanan. Sebab, makanan amat mempengaruhi sifat dan kesadaran orang. Jaisa anna vaisa mana, bagaimana makanan begitulah pikiran. Atau orang Barat mengatakan “You are what you eat”, Anda adalah apa yang Anda makan. Dalam Bhagavad-gita, makanan dikelompokkan berdasarkan perbedaan kesenangan orang, yaitu ada makanan jenis kebaikan (sattvam), makanan jenis kenafsuan (rajas) dan makanan jenis kegelapan atau kebodohan (tamas). Disebutkan bahwa makanan yang disukai oleh orang-orang yang mantap di dalam sifat kebaikan (sattvam) adalah makanan yang memperpanjang usia hidup, menyucikan kehidupan dan memberikan kekuatan, kesehatan, kebahagiaan dan kepuasan. Makanan tersebut penuh sari, mengandung lemak yang cukup bergizi dan menyenangkan hati. Makanan yang disukai oleh orang-orang di dalam sifat nafsu (Rajas) adalah makanan yang terlalu pahit, terlalu asam, terlalu asin, panas sekali atau menyebabkan badan menjadi panas sekali, terlalu pedas, terlalu kering dan berisi terlalu banyak bumbu yang keras. Makanan seperti itu menyebabkan duka cita, kesengsaraan dan penyakit. Makanan yang disukai oleh orang-orang yang berada dalam sifat kegelapan (Tamas) adalah makanan yang disimpan terlalu lama. Makanan yang hambar, basi dan busuk, dan makanan terdiri dari sisa makanan orang lain dan bahan-bahan yang tidak dibenarkan.

     Tidak mengkonsumsi daging termasuk pengendalian diri, mengendalikan lidah, demikian juga melakukan puasa (upawasa), rasa kasih sayang terhadap semua mahluk, dengan tidak melakukan kekerasan terhadap semua mahluk, itulah prinsip sehat spiritual secara universal hal ini akan mempengaruhi sehat jasmani dan sehat mental.



     Dalam ajaran Veda (Sanatana Dharma) tersurat banyak sekali perintah-perintah Tuhan dalam Purana dan Upanisad. Bhagawad-gita (5.8), Krishna menjelaskan bahwa kesempurnaan spiritual mulai ketika seseorang dapat melihat kesamaan semua mahluk hidup, “Orang bijaksana yang rendah hati, dengan pengetahuan yang murni, melihat dengan pandangan yang sama seorang brahmana yang terpelajar, seekor lembu, seekor gajah, seekor anjing, dan pemakan anjing”. Dengan demikian seseorang tidak seharusnya membunuh mahluk hidup lainnya demi kepuasan indria belaka. Landasan moral dan sastra Veda tentang vegetarian bahwa semua mahluk dialam semesta ini adalah merupakan percikan kekal dari Tuhan, bersifat abadi, ada selamanya, seperti diuraikan dalam Bhagavad-gita oleh Sri Krishna sebagai sumber segala yang ada.

     Kitab suci Veda, menekankan anti-kekerasaan sebagai dasar moral vegetarianisme. “Tidak ada daging yang diperoleh tanpa menyakiti mahluk hidup,” demikian dalam Manu-samshita, “Oleh karena itu biarkan seseorang menjauhkan diri dari pemakaian daging.” Pada bagian yang lain, Manu-samshita memperingatkan, “Setelah dengan baik mempertimbangkan sumber daging yang memuakkan dan kekejaman dalam membelenggu dan membantai mahluk hidup, biarkan seseorang berpantang menyantap daging secara total”. Sri Khrisna juga memerintahkan kita untuk menerapkan prinsip vegetarian, Beliau bersabda “Persembahkanlah Aku buah, bunga, daun, air, dengan cinta bakti maka saya akan menerimanya.” (Bg 9.26). berikutnya “PenyembahKu dibebaskan dari semua dosa karena mereka memakan makanan yang terlebih dahulu dipersembahkan untuk yadnya. Yang lainnya, yang menyiapkan makanan untuk kesenangan pribadi, hanya memakan dosa.” Makanan yang dipersembahkan kepada Tuhan lebih dahulu disebut prasadam, mengkonsumsi prasadam berarti memberi makanan rohani kepada tubuh kita. Dengan menyantap prasadam kita akan memperoleh kemajuan rohani dan dapat mengahpuskan karma-karma tertentu pada kehidupan masa lalu. Ahimsa Paramo Dharmah dapat diartikan sebagai kewajiban suci yang tertinggi, agama atau pelaksanaan agama yang paling tinggi. Hal ini ditegaskan berkali-kali di berbagai kitab suci Veda dengan istilah yang sama atau juga dengan istilah yang berbeda, seperti Ahimsayah pari dharmah Ahimsa laksono dharmah-dharmah Ahimsa parama tapa, Ahimsa parama satya-satya, ini menunjukkan bahwa agama Veda menaruh perhatian yang sangat penting terhadap ajaran anti kekerasan.

     Apalagi tentang sapi, berdasarkan sastra bahwa sapi merupakan salah satu dari tuju ibu kita, mengapa? Sapi memberikan umat manusia susu yang melimpah melebihi dari kebutuhan untuk anaknya sendiri. Sapi jantan bekerja untuk mengolah tanah pertanian. Walapun diperlakukan dengan keras, dipukuli, dipecut namun sapi tidak pernah marah. Sapi juga memberikan umat manusia kebutuhan pokok yang disebut pancagawiya lima kebutuah yang diperlukan manusia; 1. susu. 2. yoghurt, 3. ghee atau minyak dari susu sapi, digunakan untuk upacara, 4. kencing, dapat dipakai obat, dan 5. kotorannya, digunakan untuk upacara dan juga untuk bahan obat. Bila sapi meninggal dengan alamiah maka ia akan mendapatkan badan dengan kualitas brahmana kelak. Jadi bila membunuh sapi berarti telah menghambat kelahiran para brahmana. Demikianlah keagungan sapi dalam ajaran Veda.

     Rsi Bhisma memberi nasehat kepada Yudisthira, bahwa dengan cinta kasih kepada semua mahluk akan dibebaskan dari rasa takut dari kesulitan yang paling berat, pikiran yang tenang dan membunuh hewan akan menyebabkan umur lebih pendek.

 

   
Disadur dari: http://gaurangga.wordpress.com/

Friday 17 October 2014

Tahu 3



Bahan:
-    1 kg kacang kedelai, rendam selama semalam
-    100 ml cuka makan
-    Air secukupnya
-    Blender
-    Saringan
-    Serbet/kain
-    Panci ukuran besar

Cara membuat:
1.    Masukkan kacang kedelai yang sebelumnya telah direndam ke dalam baskom, lalu pecah atau remas remas sampai kacang pecah pecah
2.    Setelah itu, blender kacang yang sudah diremas, dengan tambahkan air secukupnya hingga kacang halus dan lembut dan menjadi seperti susu kedelai.
3.    Lalu, rebus kedelai cair di panci hingga mendidih dan mengelurkan busa
4.    Tambahkan air sedikit demi sedikit sambil api kompor dikecilkan
5.    Setiap busa muncul, tambahkan air sedikit demi seikit, begitu seterusnya hingga busanya habis lalu biarkan rebusan itu dengan api kecil selama 20 menit
6.    Matikan kompor dan biarkan mendingin
7.    Setelah dingin, rebusan kedelai disaring dengan menggunakan kain atau serbet, lalu ampasnya jangan dibuang karena masih bisa dimasak sesuai selera.
8.    Jika sudah disaring dari ampasnya, rebus kembali air kedelai dengan api sedang namun jangan sampai mendidih
9.    Setelah direbus kembali, angkat dan campurkan 100 ml cuka dan aduk rata.
10.    Diamkan kedelai selama 30 menit dengan sendirinya akan terpisah antara air dan calon tahu.
11.    Saring tahu dengan serbet makan atau kain, sehingga airnya keluar semua dan susun pada cetakan
12.    Tindih atau tekan dengan pemberat agar air terus keluar. Diamkan selama 15-20 menit.
13.    Setelah itu, tahu buatan sudah jadi dan siap dipotong sesuai selera


Disadur dari: http://caragini.blogspot.com/

Thursday 16 October 2014

Tahu 2


1) Kedelai mula-mula dibersihkan  dari  kedelai  yang  berlubang dan kotoran lainnya.
2)  Kedelai  yang  bersih  dan baik,  kemudian  direndam  dalam air  yang  cukup.  Kedelai  Lokal kira-kira 10 jam, kedelai impor 4-6 jam.
3)  Setelah  cukup  lama  direndam,  kedelai  dicuci  dengan  air bersih 2-3 kali.
4) Lalu ditiriskan.
5) Kedelai selanjutnya siap digiling menjadi bubur.
6)  Agar  penggilingan  berjalan lancar  dan  memberi  hasil  yang baik,  ditambahkan  sejumlah  air pada penggiling.
7)  Bubur  kedelai  selanjutnya digodok diatas tungku.
8) Busa yang timbul diatas bubur  kedelai  mendidih.  Sebaiknya setiap  kali  dibuang.  Dan  bubur dibiarkan mendidih selama 5 menit.
9)  Bubur  kedelai  yang  mendidih  lalu  disaring  diatas  kain kasa  dan  ampasnya  dibilas  dengan air bersih.
10) Ampas dalam saringan diperas, sampai sebanyak mungkin sari kedelai terambil.
11)  Sari  kedelai  digumpalkan dengan  cuka  encer  (1:5),  batu tahu, atau sisa air tahu yang telah didiamkan semalam, sambil terus diaduk secara perlahan.
12)  Dengan  pendiaman,  akan terbentuk  gumpalan-gumpalan yang agak besar, yang akan turun ke bawah.
13)  Air  diatas  endapan  tahu, dibuang sebanyak mungkin.
14) Endapan tahu lalu dicetak, dengan  memberi  beban  diatasnya.
15) Setelah 10-15 menit, maka jadilah tahu yang kita inginkan.


Disadur dari “Resep Vegetarian Sehari-hari”

Tuesday 14 October 2014

Tahu 1


     Kedelai  ditampi  untuk  dipilih biji yang besar. Kedelai  dicuci,  lalu  direndam dalam  air  besar  selama  enam jam. Kedelai  dicuci  lagi  selama setengah jam. Kedelai  dibagi-bagi  dan  diletakkan  di  dalam  ebleg  (wadah) yang  terbuat  dari  bambu  atau plastik. Kedelai  digiling  sampai  halus, dan butir  kedelai  mengalir  ke dalam tong penampung. Butir kedelai langsung direbus selama 15-20 menit di dalam wajan berukuran besar. Jarak waktu antara  selesai  penggilingan  dan pemasakan  tidak  lebih  dari  5-10 menit  untuk  menjaga  kualitas tahu yang dihasilkan.

     Bubur  kedelai  lalu  dipindahkan  dari  wajan  ke  bak  atau  tong untuk disaring dengan kain belacu atau kain mori kasar yang telah diletakkan  pada  sangkar  bambu. Agar semua sari dalam bubur kedelai  tersaring  semua,  pada  kain itu diletakkan sebuah papan kayu dan seseorang naik di atasnya dan menggoyang-goyangnya.  Limbah penyaringan, yang disebut ampas tahu,  diperas  lagi  dengan  menyiram air panas, sampai tidak mengandung sari lagi. Penyaringan dilakukan berkali-kali hingga bubur kedelai habis.

     Air  saringan  yang  tertampung dalam tong warna kuning atau putih  dicampur  dengan  asam  cuka agar  menggumpal.  Selain  asam cuka, dapat juga ditambahkan air kelapa, atau cairan whey(air sari tahu bila tahu telah menggumpal) yang telah dieramkan, atau bubuk batu tahu (sulfat kapur). Air  asam  dipisahkan  dari gumpalan  atau  jonjot  putih (gumpalan  putih  hasil  endapan) dan disimpan, sebab masih dapat digunakan  lagi.  Gumpalan  atau tahu  yang  mulai  mengendap  dituangkan dalam kotak berukuran misalnya 50 x 60 cm2 dan dialasi kain  belacu.  Adonan  tahu  kotak dikempa  selama  satu  menit,  sehingga air yang masih tercampur dalam  adonan  tahu  itu  terperas habis.  Adonan  tahu  berbentuk kotak yang sudah padat dipotongpotong,  misalnya  dengan  ukuran 6 x 4 cm 2. Tahu pun siap diolah.




Disadur dari buku “Resep Vegetarian Sehari-hari”